Rabu, 14 November 2012

Ovale Facial Mask (Masker Wajah Ovale) All Varian


Masker Ovale terdiri dari lima varian yakni bengkoang, ketimun, lemon, tomat, dan alpukat. Harganya Rp. 4.600 dalam kemasan sachet 15 gram. Masker yang pertama kucoba adalah varian bengkoang. Kupilih varian ini karena mengklaim dapat mencerahkan kulit wajah. Tapi trus karena penasaran, kucoba deh semuanya. Sebelum kubahas lebih lanjut, ini nih penampakan semua variannya:

sumber: fanpage Ovale

Menurutku untuk ukuran 15 gram, kemasannya terlalu bulky. Mubazir aja gitu menggunakan pengemas segede itu padahal isinya kalo dimampatkan bisa dikemas ampe setengah kemasannya. Mengenai warnanya, bagiku cukup menarik di semua variannya. Varian bengkoang memiliki kemasan berwarna coklat keemasan, ketimun berwarna hijau, lemon berwarna kuning, tomat berwarna merah, dan alpukat juga berwarna hijau (beda varian alpukat dan ketimun ada pada gambarnya). Mengenai isinya, semua berbentuk pasta. Bisa langsung dioles di wajah (satu sachet bisa untuk 2x pakai, disimpennya di kulkas) atau bisa juga diencerin pake air mawar (satu sachet bisa untuk 4x pakai). Aku sih udah pernah coba semuanya, dan akan kubahas satu per satu. Cekidot…

Untuk  varian bengkoang, pasta maskernya berwarna putih, standard lah masker bengkoang… :p. Aromanya wangi, dan menurutku lebih enak plus lebih segar dari Masker Bengkoang Mustika Ratu . Kalo efeknya yang bisa mencerahkan wajah sih menurutku emang kurasain ya. Tapi itu setelah make dan mungkin bertahan seharian, besoknya koq wajahku balik lagi ya? Apa karena aku nggak pernah pake sunblok? :p

Masker ketimun jadi pilihan kedua. Varian ini ditujukan untuk pemilik kulit berminyak (gue banget tuh). Warna pasta maskernya hijau muda. Aromanya segeeeer… tetep wangi juga tentunya. Masker ini bagiku efektif banget lho buat kulit berminyak. Tapi kalo cuaca emang lagi kering, saranku, jangan pake varian ini ya (meskipun kulitmu berminyak), soalnya kulit bisa jadi kering juga lho.

Selanjutnya masker lemon. Varian ini untuk pemilik kulit berjerawat. Walaupun kulitku nggak berjerawat, tapi karena pernah baca kalo masker Ovale yang lemon ini bisa mencerahkan wajah juga, jadi aku iseng-iseng coba deh :p. Warna pasta maskernya kuning muda. Aromanya wangiii dan seger kayak permen-permen vitamin C itu lho. Kalo soal ngefek nggaknya ke jerawat, aku nggak bisa ngasih tau coz seperti yang kubilang tadi, kalo aku emang nggak jerawatan. Tapi yang sempet kubaca di beberapa blog sih, masker ini ngefek ke jerawat.

Keempat, masker tomat. Varian ini mengklaim diri untuk anti aging. Varian ini juga kubeli karena iseng-iseng aja. Aku sendiri sih belum punya kerut-kerut wajah soalnya :p. Pasta maskernya berwarna merah dengan aroma harum. Entah kenapa ya, mungkin kebetulan, atau mungkin emang gini, setelah pake yang varian tomat ini aku malah jerawatan. Nggak banyak sih, Cuma satu doang. Tapi setelah dua minggu kemudian aku pake lagi, muncul jerawat lagi satu. Soal efek anti aging juga aku no comment deh. Soalnya kan emang belum punya tanda-tanda penuaan.

Terakhir, masker avocado. Ini untuk mengatasi kulit kering. Aku beli ini juga karena iseng abis (gimana nggak iseng, jelas-jelas kulitnya berminyak malah beli varian ini :p). Laluuu… setelah kupakai emang mukaku jadi berminyak banget T.T, padahal cuaca lagi kering lhoh… O ya, pasta maskernya berwarna hijau dan aromanya juga wangi. Kayaknya masker ovale emang aromanya oke semua nih (two thumbs up deh buat RnDnya yang bagus milih aroma b^.^d).

Satu hal lagi yang oke dari masker Ovale selain aromanya adalah kekencangannya. Pas kita make ni masker, akan kerasa banget tarikan maskernya. Kalo make Masker Bengkoang Mustika Ratu kan kita masih bisa ngomong, bahkan makan, tapi kalo make masker ini, senyum dikit aja udah susah saking kencangnya.

Kalo soal harga, menurutku sih harga segitu dengan maksimal pemakaian ampe 4x (dengan diencerin air mawar) termasuk murah lah. Jadi kan sekali pake keluar duit sekitar Rp. 1.250 aja. Sayangnya masker Ovale ini yang punya kemasan tube 75 g Cuma varian bengkoang dengan harga sekitar Rp. 10.000an. So, repurchase? Bagiku varian bengkoang dan cucumber, yes. Varian lemon, maybe. Varian tomat dan avocado, no.

Biokos White n Clear Silky White Moisturizer


Nah, pelembab yang satu ini kubeli sebagai alternatif dari pelembab Biokos Pure Balance Hydro Gel Moisturizer yang kupake sore hari aja. Aku pake pelembab ini pada pagi hari karena ada sun protectornya. Dilihat dulu ya wujudnya…



 Harganya Rp. 30.000 dalam kemasan 35 mL. Kalo Biokos Pure Balance Hydro Gel Moisturizer aku sih masih bisa memahami kenapa kemasannya botol, tapi kalo yang ini aku agak terganggu kemasannya botol. Bentuk lotionnya lebih kental dari Biokos Pure Balance Hydro Gel Moisturizer, jadi agak susah dituang. Kalo mau dipencet juga susah karena botolnya keras *.*. Lotionnya berwarna putih, mudah diratakan, dan terasa ringan. Aromanya nggak sesegar Biokos Pure Balance Hydro Gel Moisturizer, dan menurutku malah nggak wangi, baunya kayak lotion wajah pada umumnya gitu deh. Tapi itu nggak penting juga sih, yang penting kan efeknya.


Soal efek, produk ini mengklaim bisa mencerahkan wajah dalam 4 minggu. AKu sih udah pake selama 4 minggu dan nggak tambah cerah tuh :p. Tapi emang nggak tambah item atau kusam sih… dan itu kuartikan bahwa sun protectornya ngefek (terlepas dari janjinya yang bisa bikin kulit cerah). Untuk kulit berminyak sepertiku, pelembab ini emang nggak mengurangi minyak di wajahku, tapi juga nggak bikin mukaku lebih berminyak koq. So-so aja lah… Solusinya tinggal sedia kertas minyak aja. Aku sih pake OvaleFace Paper. Repurchase? Saat ini kurasa, yes. Nggak tau deh nanti :p.

Biokos Pure Balance Hydro Gel Moisturizer

Hai hai… :D
Langsung aja yah. Aku sih nyobain pelembab yang satu ini karena pake BB cream dan facial foamnya Caring Colours (CC). Biar nyambung gitu, kan sama-sama keluaran Martha Tilaar. Trus kalo gitu kenapa aku nggak sekalian make pelembabnya CC? Karena pelembab CC itu Cuma satu varian yang ditujukan untuk kulit normal. Kalo mau pelembab yang untuk kulit berminyak, adanya Biokos ini. Cekidot dulu deh wujudnya…



Harganya Rp. 23.000 dalam kemasan 35mL. Bentuk kemasannya sih menurutku unik dan cukup kecil, tapi gendut jadi tetep kurang enak dibawa-bawa. Awalnya aku heran, kenapa sih mesti dalam bentuk botol keras gini, kan jadi susah makenya. Ternyata eh ternyata, karena bentuknya lotion yang agak cair sehingga untuk ngeluarin isinya emang harus dituang ke tangan. Tekstur lotionnya berwarna hijau muda enak dioles di wajah dan ringan. Aromanya juga seger tapi nggak menusuk, bagiku pas.


Mengenai klaimnya yang bilang mampu mengurangi minyak berlebih tanpa membuat kering sih menurutku ngefek ya. Apalagi dalam cuaca lembab. Kalo pas cuaca kering sih emang di bagian pipiku agak kerasa kering, tapi bukan masalah besar lah. Buat kulit berminyak sih bagiku pelembab ini cocok. Tapi… satu kekurangan yang membuatku terganggu dan berpikir untuk mencari alternatif lain. Kekurangannya yaitu nggak adanya perlindungan terhadap sinar matahari sedikitpun. Emang sih aku udah pake BB cream yang berSPF, tapi itu kan belum cukup. Mau pake sunblock, tapi kulit berminyakku bisa jadi ladang minyak ntar :p. So, aku pun make pelembab ini cuma pada sore hari, paginya aku pake pelembab lain yakni Biokos White n Clear SilkyWhite Moisturizer. Pelembab ini ada sun protectornya, jadi aku bisa sedikit tenang :p. Cuma emang nggak khusus buat kulit berminyak siiih… review lengkapnya diklik aja tuh. Untuk Biokos Pure Balance Hydro Gel Moisturizer mungkin akan aku repurchase untuk pemakaian sore hari aja tapinya…

Air Mawar Viva


Air mawar biasa digunakan sebagai campuran masker atau lulur. Kalo aku sih biasanya buat campuran masker, sayang kalo buat lulur :p. Nih wujudnya…




 Harganya Rp. 2.700 dalam kemasan botol 100 mL. Kayaknya ni air mawar nggak ada saingannya deh. Merk lain nggak ada yang punya soalnya. Kalo soal kemasan sih oke-oke aja menurutku. Botol putih sederhana, warna agak transparan, dan dengan gambar bunga mawar menurutku udah pas ama produk ini. Aroma air mawarnya juga seger. Kalo buat campuran masker sih bisa buat nambah wangi maskernya. Kadang kupake juga sebagai toner sehabis maskeran. Bagiku sih emang lebih seger kalo maskeran pake air mawar ini daripada pake air biasa.

Apalagi ya yang mau dibahas dari air mawar? :p. Langsung aja deh, repurchase? Yes. Bisa jadi no, kalo ada merk lain yang juga ngeluarin air mawar :D

Minggu, 11 November 2012

Ovale Lulur Bali Milk

Awalnya aku cuma penasaran aja sama lulur ini karena belum pernah pake yang namanya lulur bali. Setelah kubaca-baca ternyata bedanya adalah pada penggunaannya, kalo lulur mandi dipake saat tubuh keadaan basah, sedangkan lulur bali digunakan saat tubuh masih kering. Makenya digosok-gosok gitu sampe lulurnya rontok sendiri bersama daki-daki kita :p. Ini nih penampakan lulurnya...





Harga lulur ini Rp. 10.900,- dengan kemasan 100 gram. Bagiku ini nggak murah tapi juga nggak mahal. Awalnya sih sempet ragu dengan kemasan segitu bisa dipake berapa kali ya? Jangan-jangan cuma sekali pake :p. Dari kemasannya, semua varian lulur ini berwarna dasar coklat. Pembeda tiap varian adalah warna labelnya. Untuk varian milk, labelnya berwarna biru muda. Untuk ukurannya menurutku cukup bisa dibawa kemana-mana (jika dibandingkan dengan lulur mandi biasa). Kemudian ketika dibuka, ada lapisan aluminium foil yang menutupi pot lulurnya. Ini nih penampakan dalamnya...


Varian milk, lulurnya berwarna putih dengan scrub putih juga. Aku milih varian ini karena di antara sekian tester yang kucium (tester untuk semua varian ada,kecuali varian bengkoang), milk ini yang paling bersahabat aromanya. Aroma varian milk agak sedikit berbau susu tapi karena aroma melatinya lebih kuat, maka nggak jadi eneg. Sedangkan varian lain membuatku agak mual karena aromanya aneh dan eneg (sorry, Ovale...). FYI, itu aku cuma nyium testernya aja lho ya. Mungkin kalo varian-varian tersebut dipake di kulit, aromanya jadi nggak eneg, nggak tau juga deh aku.

Tujuan aku beli lulur ini sebenernya buat dipake di punggung. Tau sendiri kan kalo punggung itu bagian yang paling sulit dijangkau, jadi kalopun luluran, punggung sulit kena. Kalopun minta orang lain ngelulurin juga susah karena harus dibasahi dulu. Makanya aku beli lulur yang dipakenya dalam keadaan kering ini. Setelah dicoba di punggung, ternyata bagus juga. Lulur yang semula berwarna putih, saat rontok berubah jadi abu-abu (berarti daki di punggungku banyak dong ya? :p). Karena penasaran (jangan-jangan emang ni lulur bisa berubah warna, bukan emang bisa bersihin kulit), kucoba juga di tangan dan kaki. Tetep berubah warna sih, tapi cuma jadi sedikit abu-abu aja. So, berarti emang perubahan warna tergantung banyaknya daki dan sel kulit mati yang nempel di kulit kita.

Setelah menggosok-gosok dan merontok-rontok, baru deh kita mandi. Mandinya cuma sekedar bilas aja, jangan pake sabun lagi (di kemasan ditulis gitu). Rasanya setelah dibilas, kulit jadi licin dan lembab. Aromanya nempel di kulit tapi nggak menyebar ke mana-mana. Aku juga ngerasa bersih, entah itu sugesti atau nggak :p. Kalo soal klaim varian milk yang "membuat kulit tampak cerah berseri", aku sih belum ngerasain tuh. Lagian aku sih emang dasarnya nggak percaya kalo ada produk-produk gitu yang bisa bikin putih instan :p. Repurchase? Yes. Tapi aku juga tetep mau pake lulur mandi biasa aja. Lulur ini cuma buat selingan.

Rabu, 07 November 2012

Masker Bengkoang Mustika Ratu

Setelah sebelumnya aku membahas Peeling Mundisari yang digunakan untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan penggunaannya sebelum maskeran, sekarang aku mau bahas tentang maskernya. Dalam postingan ini aku mau bahas dulu masker bengkoang by Mustika Ratu. Cekidot dulu penampakannya...


Masker Bengkoang Mustika Ratu

Nah lagi-lagi aku lupa harganya berapa --a. Seingetku sih sekitar Rp. 10.000an dengan kemasan 60 gram. Kemasannya berbentuk tube dengan ukuran yang sama dengan peelingnya, cuma beda di warna gambarnya aja. Gambar masker ini berwarna coklat muda-gold. Aku lebih suka yang kemasan tube karena lebih praktis dan higienis serta lebih mudah dibawa-bawa. Penampakan isinya, cekidot...


Isinya berwarna putih seperti cat tembok :p. Aromanya seperti bengkoang tapi menyengat *.*, walaupun masih bisa diterima sih... Bentuknya krim kental hampir ke arah pasta, karenanya agar hemat, aku biasa mengencerkannya lagi dengan air atau air mawar sebelum digunakan. Ketika dioleskan di wajah (menggunakan kuas), masker ini gampang merata. Satu hal yang kurang kusuka adalah masker ini nggak kencang di wajah. Sisi positifnya sih kita masih bisa ngomong dan bahkan makan dengan lancar saat mengenakan masker ini :D, tapi masker kalo nggak kenceng koq kayaknya bukan masker :p.

Aku biasa maskeran seminggu sekali atau kalo lagi nggak sempet ya dua minggu sekali. Kalo dilihat dari klaimnya di kemasan yang berbunyi: membantu kulit tampak cerah dan menyamarkan noda hitam, mmm... emang iya kulit wajah jadi cerah tapi langsung setelah maskeran aja, beberapa hari kemudian nggak cerah lagi :p. Soal menyamarkan noda juga bagiku nggak ngaruh tuh. Mungkin aku mesti lebih sering makenya ya... anjurannya kan seminggu dua kali... :p

So far sih aku masih terus make masker ini karena harganya terjangkau dan kualitasnya not bad lah... Tapi jangan salahkan aku kalo nanti pindah ke lain hati ya, Mustika Ratu... :p. Makanya jangan puas cuma di "not bad", tingkatkan kualitas maskernya dooong. Intinya sih untuk saat ini, repurchase? Yes.

Peeling Mundisari Mustika Ratu

Peeling atau scrub berfungsi untuk mengangkat sel-sel kulit mati di kulit. Kosmetik yang satu ini digunakan sebelum mengenakan masker. Sejauh ini, aku belum pernah coba merk lain. Pernah satu kali mencoba peeling kulit kerang dari Mustika Ratu juga tapi aku nggak suka karena terlalu kasar *.*. Peeling Mundisari ini ada dua bentuk sediaan, yakni serbuk dalam kemasan sachet dan pasta dalam kemasan tube. Aku lebih suka yang dalam kemasan tube karena butiran scrubnya lebih halus dan ada kandungan krimnya yang memperlicin proses peeling, yang serbuk (harus ditambah air dulu sebelum dipakai) butiran scrubnya kasar.  Trus yang tube ini menurutku lebih higienis juga daripada yang serbuk (kan cuma dikemas dalam sachet gitu). Ini nih penampakan kemasan tubenya...


Peeling Mundisari

Harganya aku lupa berapa karena belinya udah lama :p, tapi seingetku nggak sampai Rp. 10.000 koq dengan kemasan 60 gram. FYI, untuk kemasan tube ini ada juga yang 125 gram. Aku sih lebih suka yang 60 gram, selain karena lebih gampang dibawa-bawa, juga karena 60 gram aja habisnya berbulan-bulan :p.

Mengenai kemasan, Peeling Mundisari ini berwarna dasar putih mutiara dengan bagian tengah hijau tua. Menurutku desainnya not bad lah ya... kemasan tubenya bagus karena gampang dibuka-tutup dan gampang dipencet untuk mengeluarkan isinya. Penampakan isinya kayak gini nih...


Isinya berbentuk antara krim dan pasta berwarna putih dengan butiran scrub yang juga berwarna putih. Aromanya menurutku agak kurang enak, kayak ada bau-bau obatnya gitu, tapi masih dapat diterima lah. Lagian toh ini cuma kosmetik perawatan aja, jadi nggak perlu wangi juga gpp sih sebenernya.

Ketika dioles di wajah, rasanya licin dan gampang diratakan. Ketika agak kering, kemudian digosok-gosok, krimnya akan rontok beserta sel-sel kulit mati (harusnya sih gitu :D). Satu hal yang kurasain, setelah pake peeling ini trus dibasuh dengan air, kulit serasa halus dan licin. Awalnya kukira rasa halus dan licin itu berasal dari krimnya yang masih nempel di kulit, tapi ternyata setelah beberapa jam kemudian aku cuci muka dengan sabun pun, kulit masih terasa halus.

Setelah pake peeling, biasanya aku langsung maskeran. Masker yang kupake sih ganti-ganti, tapi paling sering pake yang dari Mustika Ratu juga supaya matching. Biasanya aku pake peeling satu atau dua minggu sekali (padahal di kemasannya disarankan dua kali seminggu :p). Repurchase? Yes, of course.

Selasa, 06 November 2012

Blemless Balm Cream (BB Cream) Caring Colours Everlast

Konon kabarnya BB cream berasal dari Korea dan banyak digunakan artis-artis di sana. Kirain cream ajaib apaaan gitu kan yaa... Kali aja kalo make tu cream bisa bikin wajah kita berubah jadi Song Hye Gyo atau Suzy Miss A gitu he he he... :p. Tapi ternyata tidak sodara-sodara... (ya iyalaaah), cream ini fungsinya sebagai pelembab+foundation (alas bedak) tapi nggak terlalu tebal alias tipis natural. Langsung aja deh, ini penampakannya...


BB Cream Caring Colours Everlast

Harganya sekitar Rp. 55.000an, dengan netto 35 gram. Bagiku dengan kemasan segede itu, isi 35 gram sangatlah mubazir. Mestinya ukuran kemasannya bisa lebih kecil lagi, selain mempermudah konsumen membawanya ke mana-mana, juga bisa menghemat biaya produksi. Apalagi ukuran tutupnya yang bulky banget, harusnya nggak perlu. Dengan tutup imut ala pasta gigi juga harusnya bisa lho... (berasa jadi RnD Martha Tilaar aja aku ni :p).

BB cream ini ada tiga varian, Fair White, Everlast, dan Luminizing. Fair White untuk kulit normal, Everlast untuk kulit cenderung berminyak, dan Luminizing punya efek anti-aging. Aku pastinya milih yang Everlast karena emang kulit wajahku berminyak. Khusus kemasan yang Everlast ini warnanya ungu muda agak pink. Aromanya mirip alas bedak dan wanginya nggak menyengat. Ini penampakan isinya...


Kalo menurutku tekstur krimnya lebih kental dari alas bedak Sari Ayu. Mudah diratakan di wajah, tapi sebelumnya tetep perlu pake pelembab dulu (padahal BB cream kan mengklaim diri udah mengandung pelembab ya :p). Meskipun wajahku berminyak, tapi ternyata tetep sulit lho meratakannya tanpa pelembab sebelumnya. Mengenai warna, aku kurang tau warna isi varian lain sama apa enggak, tapi yang Everlast ini warnanya coklat susu, kayak kardus gt :p. Tapi kalo dipake di wajah tetep nyatu koq warnananya, jadi jangan takut aneh. Setelah pake BB cream, aku pakein bedak tabur lagi karena tanpa bedak, kulit wajah jadi glowy gitu, kurang seger jadinya.

Mengenai daya kontrolnya terhadap minyak, BB cream ini so-so lah ya... mukaku tetep berminyak tuh. Tapi emang berminyaknya nggak kusam-kusam banget. Kalo soal daya covernya terhadap flek hitam atau noda bekas jerawat sih menurutku nggak nutup-nutup banget, tapi lumayan lah, namanya juga bukan alas bedak :p. Aku sih rutin tiap hari make BB cream ini tiap keluar rumah, tujuannya sebenernya buat ngambil efek anti UVnya aja (tadi belum disebutin ya?). Berhubung muka berminyak agak susah make sunscreen, jadi aku milih si BB cream ini aja deh. So, repurchase? Yes.

Senin, 05 November 2012

Listerine Antiseptic Mouthwash Natural Green Tea

Sekarang saatnya mouthwash alias obat kumur. Sebenernya sih sikat gigi aja udah cukup, tapi khusus saat puasa, sepertinya butuh bantuan benda yang satu ini deh supaya nggak bau mulut B). Aku sih pernah coba beberapa merk mouthwash yang nanti akan coba kureview satu-satu. Sekarang aku review yang ini dulu karena emang lagi kupake.

Produk ini harganya sekitar Rp. 7.000an dengan netto 80 mL. Aku beli yang kemasan kecil gitu biar gampang kalo mau dibawa-bawa. Sebelum kubahas lebih lanjut, ini dia nih penampakannya...


Listerine Natural Green Tea

Awalnya aku ganti-ganti merk mouthwash karena tergantung pada ketersediaan produk. Artinya, ketika aku ke supermarket X adanya merk A ya aku beli merk itu, trus kalo pas ke supermarket Z nggak ada merk A, adanya merk B, ya udah beli merk B. Yang terpenting bagiku adalah produk tersebut free alkohol.

Nah, pada suatu hari (kayak mau mendongeng aja :p), aku butuh mouthwash tapi budget lagi sangat minim B). Saat itu mouthwash yang biasa kupake udah habis dan kalo beli merk itu lagi budgetku nggak mencukupi karena hanya ada dalam kemasan besar (sekitar 250 mL kalo ga salah). Alhasil aku pun mencari-cari merk lain dan tampaklah merk Listerine ini. Listerine sepertinya sangat mudah ditemui di mana-mana. Tapi aku dulu nggak pernah pake merk ini karena nggak free alcohol. Saat itu aku sempet mikir nggak jadi beli mouthwash aja daripada make merk Listerine yang nggak free alcohol. Tapi... entah kenapa aku trus tertarik baca satu-satu labelnya di setiap varian Listerine, berharap nemuin kalimat "free alcohol". Daaaan... aku menemukannya di Listerin yang Natural Green Tea ini. Aku sih nemuinnya di kemasan yang gede (sekitar 200 mL), dan hanya ada di situ. Di kemasan yang 80 mL ini anehnya nggak dicantumin --a. Cuma pas dibaca di ingredientsnya emang sama persis kayak yang kemasan gede dan nggak ada alcoholnya. Alhasil aku beli deh mouthwash yang satu ini.

Bentuk botolnya mungil dan agak gepeng, jadi praktis dibawa ke mana-mana. Warna botolnya bening jadi bisa tau kualitas dan sisa isinya. Untuk varian green tea ini warna cairannya hijau muda kekuningan. Apabila terkocok sedikit saja cairannya mudah berbusa. Aromanya green tea plus mint yang segar dan tidak terlalu kuat. Rasanya pun nggak pahit dan nggak bikin rongga mulut kering. Aku biasa make sebanyak 1 tutup botolnya dan berkumur selama 30 detik. Kesegaran mulut pun terjaga selama beberapa jam. Biasanya aku kumur lagi pada siang hari sehabis wudhu untuk membuat mulut segar kembali. So far, ini adalah mothwash yang paling kusuka dari beberapa merk yang pernah kupake. Repurchase? Tentu saja.

Perfecting Mascara Caring Colours

Sekarang saatnya ngomongin kosmetik mata niih... Sebenernya aku amat sangat jarang sekali pake maskara. Aku beli maskara ini cuma gara-gara butuh make up buat wisuda sedangkan aku nggak suka make up di salon :p. Maskara ini pun ampe sekarang (sejak beli hampir dua tahun lalu, cuma kepake tiga kali doang: pas wisuda, sumpahan, dan satu kali wawancara kerja :p). So, barangkali ada yang mau beli maskaraku yang nganggur ini, silakan hubungi saya :D. Ini nih penampakannya...

Perfecting Mascara Caring Colours Black


Perfecting Mascara Caring Colours ini ada dua varian warna yaitu black dan satu lagi brown. Aku sih milih black karena kuanggap mungkin lebih netral aja. Harganya sekitar Rp. 50.000an (mahal... atau apa emang harga maskara rata-rata segitu ya? :p). Kalo dari kemasan sih menurutku maskara ini bagus. Warna kemasannya silver dan terkesan elegan. Kemudian setelah dibuka, ini nih penampakannya...


Sikatnya berbentuk agak melengkung yang bisa bikin bulu mata melentik (itu kata mbak-mbak SPGnya siiih :p). Warna maskaranya hitam pekat dengan tekstur kental. Satu hal yang mengganggu adalah aromanya yang agak tengik (apa semua maskara emang aromanya gitu ya? --a). Ketika diaplikasikan ke bulu mata, maskaranya dapat nempel dengan mudah ke bulu mata dan dapat juga dengan mudah diratakan menggunakan sikatnya. Setelah maskara mengering, bulu mata jadi sedikit lebih tebal, tapi nggak bisa melentik tuh (ada kemungkinan juga akunya yang kurang ahli pake maskara :p). Kalo soal ketahanan, asal nggak kena air maskara ini tetep aman di bulu mata (bahkan setelah keringetan sekalipun). Tapi kalo udh terbasuh air, maka akan ada seperti serbuk-serbuk hitam di sekitar mata pertanda maskaranya rontok.

Kalo ditanya apa yang paling nggak disuka dari produk ini adalah aromanya yang tengik. Selebihnya bagiku biasa aja. Aku nggak bilang produk ini bagus atau jelek karena emang baru ini maskara yang kupake. Repurchase atau no, jawabanku: NO, karena emang nggak suka pake maskara :p